Minggu, 04 Maret 2012

PUGAM-A, Pupuk Khusus Lahan Gambut


Potensi pertanian untuk lahan gambut baik untuk tanaman pangan dan perkebunan sangat luas. Hal ini merupakan potensi pasar yang besar sekaligus untuk meningkatkan produktivitas. Pupuk Lahan Gambut atau yang lebih dikenal PUGAM telah dihasilkan para peneliti Balai Penelitian Tanahdalam upaya mendukung pengelolaan lahan gambut yang lestari, meningkatkan produktivitas tanah, menekan emisi gas rumah kaca (GRK), meningkatkan propduksi tanaman maupun perkebunan.
Luas lahan gambut di Indonesia sekitar 33,4 juta ha yang sebagian tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Gambut tergolong pada lahan sub-optimal dengan kendala kesuburan tanah rendah dan sifat fisik tanah yang rapuh. Dalam pengelolaan dan penggunaan lahan gambut sebagai tempat ekstensifikasi pertanian, perlu memperhatikan keberkelanjutan dan aspek-aspek konservasi yang ada didalamnya.
Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanah telah menghasilkan beberapa formula pupuk khusus untuk lahan gambut (PUGAM), salah satunya yang sudah teruji adalah PUGAM-A. Pupuk PUGAM-A yang telah dilisensikan kepada PT. Polowijo Gosari adalah pupuk khusus lahan gambut yang diformulasikan dari bahan terak baja dan diperkaya dengan fosfat serta bahan lain yang aktif sebagai senyawa pengkhelat.
PUGAM-A adalah pupuk slow release berbentuk granul yang berperan untuk mensuplai hara tanaman, juga berfungsi sebagai amelioran untuk mengurangi pengaruh buruk asam organik beracun, mengurangi pencucian hara P dan efektif menekan menekan emisi CO2. PUGAM-A efektif mengurangi pencucian P karena PUGAM-A memiliki sifat slow release dan membentuk tapak jerapan positif pada gambut sehingga mampu menahan pencucian P.
Dosis optimum PUGAM-A untuk tanaman pangan adalah 600 – 725 kg/ha. Untuk tanaman berikutnya, dosis PUGAM-A yang diperlukan hanya separuh tanaman pertama yaitu antara 300 – 365 kg/ha. Pemupukan untuk tanaman perkebunan (khususnya kelapa sawit) : TBM umur 1 – 3 th diperlukan 2-3 kg/tanaman/th, untuk tanaman menghasilkan (TM) sekitar 4 – 5 kg/tanaman/tahun.

Keluar dari Zona Nyaman untuk Surplus 10 juta ton Beras


JAKARTA – Jika surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 ingin tercapai, menurut Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono, maka semua pihak harus beranjak dari comfort zone dan upaya untuk memperbaiki masalah yang ada.
“Surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 tidak mungkin dapat tercapai kalau kita hanya bertahan pada kondisi existing. Perlu upaya perbaikan irigasi, pengendalian OPT, persediaan benih, pengendalian losses dan ekstensifikasi lahan,” ujarnya di sela acara Workshop System Modelling untuk Kebijakan Prioritas Nasional : Menuju Surplus 10 juta ton beras di 2014 di hotel Le Meridien Jakarta, Sabtu (25/2/2012). 
Kepala Badan pun menekankan, surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 hanya akan dicapai secara berkesinambungan dengan mengupayakan antara lain rehabilitasi  jaringan irigasi secara bertahap untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP), mencetak sawah baru dengan memanfaatakan lahan sub optimal terutama lahan pasang surut, penerapan teknologi budidaya (jajar legowo), rekomendasi pemakaian pupuk berimbang, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Revitalisasi penggilingan untuk meningkatkan rendemen giling serta menurunkan laju konsumsi beras secara bertahap juga perlu dilakukan.

Padi Lokal Mandel


Beras merah merupakan jenis beras yang memiliki berbagai kandungan vitamin terutama Vit. B dan Vit. E. Di Gunungkidul saat ini terdapat beberapa rumah makan menyajikan nasi merah (sego abang) dan sayur lombok ijo sebagai ciri khas Gunungkidul. Kalangan masyarakat tertentu sudah banyak membeli beras merah untuk dikonsumsi sehari-hari.
Salah satu jenis varietas padi lokal yang menghasilkan beras merah yaitu Varietas Mandel. Tanaman ini masih dikembangkan oleh sebagian petani di wilayah Gunungkidul. Pada Lokasi MP3MI Gunungkidul dilakukan pendampingan penanaman padi Varietas Mandel di lahan tegalan yang terletak di Dusun Grogol 5 Bejiharjo.
Selain jenis padi yang ditanam pada lahan pendampingan tersebut, petani sebagian memilih jenis varietas lain meliputi Situbagendit, Ciherang. Pada musim tanaman MH-I 2011 penanaman dilakukan pada awal November.
Cara tanam padi Mandel yakni ditugal dengan jarak tanam bervariasi (20-30 cm). Tinggi tanaman mencapai kurang lebih 160 cm dengan jumlah anakan rata-rata 5-6 per rumpun. Hasil keragaan di lapang tanaman padi varietas Mandel cukup menarik dibandingkan dengan varietas lain.
Jumlah gabah dalam satu malai mencapai kurang lebih 215 bulir. Panen akan dilakukan pada minggu ketiga bulan Februari 2012 dengan umur tanaman kurang lebih 110 hari.

SERTIFIKASI DAN KOMODITAS PERTANIAN ORGANIK YANG LAYAK DIKEMBANGKAN

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang. 
 
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya. 
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu: 
  1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait. 
  2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik. 
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional. Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian organik:
  1. Tanaman Pangan Padi
  2. Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis. 
  3. Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi. 
  4. Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya. 
  5. Peternakan Susu, telur dan daging